Alkitab tidak memiliki kata tersendiri untuk ibadah. Tapi kita dapat menemukan banyak kosa kata tentang ibadah dalam Alkitab. Ada beberapa arti ibadah dalam Alkitab di antaranya:
a. Sembah sujud (Kej 18: 2). Kata ini paling utama muncul dalam Alkitab, di mana Abraham sembah sujud kepada 3 orang yang dilihatnya. Diantaranya adalah kata Junani Latreuo atau Latreuein (Rom. 12 : 1 ; Fil. 3 : 3). Kata Latreuo atau Latreuein dapat berarti : dapat bekerja untuk …..; menundukkan diri ; melayani ; mengabdikan seluruh hidup kepada Allah ; pelayanan kepada Allah atau ibadah kepada Allah.
b. Mencium (Yoh 4 : 20 _ 24). Artinya rasa hormat dan taat kepada Tuhan. Ada satu perasaan ingin dekat dan mendengar serta menghormati Firman Tuhan.
c. Liturgi (Mat 4 : 10 dan Ibrani 9 : 9 & 14) mempunyai arti pelayanan dalam ibadah dan satu tata cara ibadah yang tersusun.
Jadi ibadah adalah, menyembah Allah atau mengabdi kepada Allah. Dan dalam rangka mempersembahkan ibadah kepada Allah, para hambaNya harus menundukkan diri untuk mengungkapkan rasa takut penuh hormat, kekaguman dan ketakjuban penuh puja kepada Tuhan (Kej. 24 : 26 …berlutut dan sujud menyembah Tuhan). Hal itu dapat dilakukan secara pribadi, tapi juga melalui ibadah umat (bersama) dengan liturgi atau upacara tertentu. Dari kesimpulan di atas, bagaimanapun kita beribadah, kita harus mempunyai satu liturgi yang tersusun dan mempunyai rasa rindu ingin dekat kepada Tuhan, rasa hormat serta taat pada Firman Tuhan. Setiap jemaat dalam beribadah harus sopan dan hormat kepada Tuhan kita.
Namun demikian ibadah juga harus dipahami bukan hanya terbatas pada ‘upacara agama’ (misalnya di Jemaat), tapi ibadah adalah mencakup persembahan seluruh hidup dan semua aktivitas sehari-hari kepada Allah.
Ibadah dalam PL. Pada awalnya kita menemukan adanya ibadah atau persembahan pribadi kepada Allah (Kej. 4:4 Habil memberikan persembahan kepada Tuhan ; lihat pula, Kel. 24:26). Hal itu menunjukkan bahwa pada dasarnya ibadah adalah merupakan ungkapan bathin seseorang yang mengakui bahwa Allah berdaulat, penuh kuasa dan baik. Atau ibadah adalah menunjukkan ketinggian spritual seseorang yang disertai ungkapan pujian dan syukur kepada Tuhan, karena Ia patut disembah (bd. Ayub 1:20 ; Yos. 5 :14)
Kemudian, pelaksanaan ibadah itu berkembang menjadi ibadah umat. Musa adalah seorang tokoh yang dianggap sebagai peletak dasar dari ibadah umat yang diorganisir, dan yang menjadikan Jahwe sebagai alamat ibadah satu-satunya. Ibadah umat diorganisir di dalam Kemah Pertemuan, dan upacaranya dipandang sebagai “pelayanan suci” dari pihak umat untuk memuji Tuhan.
Pada perkembangan selanjutnya, setelah Kemah Pertemuan, lahirlah Bait Suci dan Sinagoge sebagai tempat ibadah bagi Israel. Perkembangan ini didasari oleh pemahaman bahwa ibadah adalah merupakan faktor penting dalam kehidupan Nasional Jahudi. Bait Suci dihancurkan oleh Babel, dibentuk kebaktian Sinagoge karena pelaksanaan ibadah tetap dirasakan sebagai kebutuhan penting.
Disamping tempat ibadah, orang Jahudi juga memiliki kalender tahunan untuk upacara agamawi. Diantaranya yang amat penting adalah : Hari Raya Paskah (Kel. 12:23-27), Hari Raya Perdamaian (Im. 16 : 29 – 34), Hari Raya Pentakosta (bd. Kis.2), Hari Raya Pondok Daun, dan Hari Raya Roti Tidak Beragi (Kel.12:14-20).
Pemimpin ibadah di Bait Suci dan Sinagoge adalah para Imam. Mereka adalah keturunan Lewi yang telah dikhususkan untuk tugas pelayanan ibadah. Para imam memimpin ibadah umat pada setiap hari Sabat dan pada Hari Raya agama lainnya. Ibadah di Sinagoge terdiri dari : Shema, doa, pembacaan Kitab Suci dan penjelasannya.
Ibadah juga berkaitan dengan kewajiban-kewajiban agama, yakni perintah-perintah Tuhan (pbd. Ul.11:8-11). Jadi, pada hakekatnya ibadah bukanlah hanya merupakan pelaksanaan upacara keagamaan di tempat-tempat ibadah, akan tetapi adalah mencakup pelaksanaan kewajiban agama, seperti : sunat, puasa, pemeliharaan Sabat, torat dan doa. Dengan demikian, ibadah juga harus mengandung makna bagi hidup susila.
Ibadah dalam PB.
Mari kita melihat Yohanes 4:23-24, disana dijelaskan dengan gambling bahwa akan dating dan telah tiba waktunya bahwa Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.
Inilah peribadatan yang di kehendaki Allah yaitu orang yang menyembah harus dalam Roh, maksudnya bersungguh-sungguh, tidak ada kepura-puraan atau kemunafikan, dalam kebenaran, Yohanes 17:17. Kebenaran adalah Firman Allah, maka peribadatan yang berkenan kepada Allah yaitu bersungguh-sungguh dengan hati yang tulus ingin berbakti serta disertai kebenaran FirmanNya bagaimana berbakti yang benar, maka peribadatan itu akan diterima oleh Allah.
Pertama :
Di dalam berbakti yang benar, objek yang harus kita tuju adalah Allah, sebab hanya Allah saja yang patut untuk di sembah. Ia mendengar segala permohonan kita dan Allah juga bersedia untuk menjawab segala permohonan kita.
Kedua :
Di dalam motif yang benar yaitu di dalam Roh. Dalam berbakti bukan saja kita membawa tubuh kita untuk hadir dalam berbakti tetapi yang lebih utama ialah bagaimana roh kita (kesungguhan hati) di dalam kebaktian. Banyak orang yang hadir dalam berbakti, duduk bernyanyi, mendengarkan Firman tetapi hati dan pikirannya tidak tertuju pada saat berbakti melainkan pikirannya berada di tempat lain. Inilah yang disebut berbakti tidak di dalam Roh dan banyak orang Kristen yang melakukan kebaktian seperti ini.
Ketiga :
Di dalam cara yang benar yaitu di dalam kebenaran. Apakah kebenaran? Firman Allah adalah kebenaran, Yohanes 17:17. Maka jikalau kita ingin berbakti dengan cara yang benar sesuai dengan keinginan Allah, tentu saja tidak ada cara lain, selain menurut petunjuk Firman Allah karena di dalamnya memberi petunjuk cara-cara berbakti sesuai dengan keinginan Allah
Sebab itu adala beberapa hal yang tidak perlu dilakukan dalam ibadah yaitu :
1. Menyembah Allah yang palsu
Perhatikan dua ayat ini (a) Keluaran 34:14 dan (b) Yesaya 48:11, namun yang terjadi saat ini justru dunia menyembah allah-allah yang palsu (Roma 1:21). Inilah yang membuat Allah murka terhadap manusia (bd. Ayub 31:24-28; I Korintus 10:20; Kisah Para Rasul 17:29).
2. Menyembah kepada Allah yang benar dengan cara yang salah
Keluaran 32:7-8 adalah gambaran yang tepat mengenai hal menyembah kepada Allah yang benar dengan cara yang salah, mereka berusaha untuk menyembah Allah yang benar, tapi telah merubah Allah itu menjadi sesuatu yang dibuat yaitu patung.
3. Menyembah Allah dengan cara sendiri
Adat istiadat adalah merupakan bentuk menyembah Allah dengan cara sendiri (Matius 15:3). Mereka membuat ibadah dengan cara mereka sendiri, sehingga semua itu menjadi suatu kejijikan di mata Tuhan.
4. Menyembah Allah yang benar, dengan cara yang benar dan sikap yang salah.
Sikap hati yang tidak baik adalah merupakan cara ibadah yang paling tidak berkenan dihadapan Tuhan. Lihat saja Maleakhi 1:7,8,10; Amos 5:21-24; Hosea 6:4-6; Yesaya 1:11-15. Semua ayat-ayat ini adalah merupakan cercaan Tuhan bagi siapa saja yang beribadah dengan sikap hati yang salah. Memang ada berbagai macam bentuk pengungkapan seperti pembuatan patung, korban-korban yang salah, menciptakan ibadah sendiri (adat), pikiran yang terpusat diluar ibadah itu sendiri, akan membuat hati Tuhan marah. Untuk itu jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
Wednesday, September 24, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment