Wednesday, September 24, 2008

Motivation for today

Priorities
You've had many successes in your life and you'll have many more. In matters large and small you have a history of achieving what you have truly chosen to achieve.
The question to focus upon is this. What will you now choose to achieve?

How will you make the most meaningful and fulfilling use of the time and resources available to you? Which of the many opportunities will you now decide to follow?

You have a way of reaching those goals that you've authentically committed to reach. When something is important enough to you, when it is a priority, you know how to make it happen.

So what are the priorities you choose to have on this day? Upon what will you focus your considerable powers of achievement?

Whatever you make into a priority will surely become an achievement. Choose your priorities today with care, because you are indeed choosing how your life will soon be.

-- Ralph Marston

Deteksi Anak Berbakat

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan antara lain bahwa "warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus" (Pasal 5, ayat 4). Di samping itu juga dikatakan bahwa "setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya" (pasal 12, ayat 1b). Hal ini pasti merupakan berita yang menggembirakan bagi warga negara yang memiliki bakat khusus dan tingkat kecerdasan yang istimewa untuk mendapat pelayanan pendidikan sebaik-baiknya.

Banyak referensi menyebutkan bahwa di dunia ini sekitar 10 – 15% anak berbakat dalam pengertian memiliki kecerdasan atau kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Kelebihan-kelebihan mereka bisa nampak dalam salah satu atau lebih tanda-tanda berikut:

• Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi, biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes inteligensi yang sangat tinggi, misal IQ di atas 120.

• Bakat istimewa dalam bidang tertentu, misalnya bidang bahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.

• Kreativitas yang tinggi dalam berpikir, yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.

• Kemampuan memimpin yang menonjol, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.

• Prestasi-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain, misalnya seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.

Pada zaman modern ini orang tua semakin sadar bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar-tawar. Oleh sebab itu tidak mengherankan pula bahwa semakin banyak orang tua yang merasa perlu cepat-cepat memasukkan anaknya ke sekolah sejak usia dini. Mereka sangat berharap agar anak-anak mereka "cepat menjadi pandai." Sementara itu banyak orang tua yang menjadi panik dan was-was jika melihat adanya gejala-gejala atau perilaku-perilaku anaknya yang berbeda dari anak seusianya. Misalnya saja ada anak berumur tiga tahun sudah dapat membaca lancar seperti layaknya anak usia tujuh tahun; atau ada anak yang baru berumur lima tahun tetapi cara berpikirnya seperti orang dewasa, dan lain-lain. Dapat terjadi bahwa gejala-gejala dan "perilaku aneh" dari anak itu merupakan tanda bahwa anak memiliki kemampuan istimewa. Maka dari itu kiranya perlu para guru dan orang tua bisa mendeteksi sejak dini tanda-tanda adanya kemampuan istimewa pada anak agar anak-anak yang memiliki bakat dan kemampuan isitimewa seperti itu dapat diberi pelayanan pendidikan yang memadai.

Sejak usia dini sudah dapat dilihat adanya kemungkinan anak memiliki bakat yang istimewa. Sebagai contoh ada anak yang baru berumur dua tahun tetapi lebih suka memilih alat-alat mainan untuk anak berumur 6-7 tahun; atau anak usia tiga tahun tetapi sudah mampu membaca buku-buku yang diperuntukkan bagi anak usia 7-8 tahun. Mereka akan sangat senang jika mendapat pelayanan seperti yang mereka harapkan.

Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun, kalau sedang bermain seperti anak seusianya, tetapi kalau membaca seperti anak berusia 10 tahun, kalau mengerjakan matematika seperti anak usia 12 tahun, dan kalau berbicara seperti anak berusia lima tahun. Yang perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalamai kesulitan, bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi "kehausan" akan informasi.

Di kelas-kelas Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar anak-anak berbakat sering tidak menunjukkan prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan, misalnya: tulisannya tidak teratur, mudah bosan dengan cara guru mengajar, terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan sebagainya. Yang menjadi minat dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal yang tidak diajarkan di kelas. Tulisan anak berbakat sering kurang teratur karena ada perbedaan perkembangan antara perkembangan kognitif (pemahaman, pikiran) dan perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan jari untuk menulis. Perkembangan pikirannya jauh lebih cepat daripada perkembangan motoriknya. Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif dan perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya.

Mengingat bahwa anak berbakat memiliki kemampuan dan minat yang amat berbeda dari anak-anak sebayanya, maka agak sulit jika anak berbakat dimasukkan pada sekolah tradisional, bercampur dengan anak-anak lainnya. Di kelas-kelas seperti itu akan terjadi dua kerugian, yaitu:

(1) anak berbakat akan frustrasi karena tidak mendapat pelayanan yang dibutuhkan, dan

(2) guru dan teman-teman kelasnya akan bisa sangat terganggu oleh perilaku anak berbakat tadi.

Beberapa kemungkinan pelayanan anak berbakat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat. Program akselerasi dapat dilakukan dengan cara "lompat kelas", artinya anak dari Taman Kanak-Kanak misalnya tidak harus melalui kelas I Sekolah Dasar, tetapi misalnya langsung ke kelas II, atau bahkan ke kelas III Sekolah Dasar. Demikian juga dari kelas III Sekolah Dasar bisa saja langsung ke kelas V jika memang anaknya sudah matang untuk menempuhnya. Jadi program akselerasi dapat dilakukan untuk:

(1) seluruh mata pelajaran, atau disebut akselerasi kelas, ataupun
(2) akselerasi untuk beberapa mata pelajaran saja. Dalam program akselerasi untuk seluruh mata pelajaran berarti anak tidak perlu menempuh kelas secara berturutan, tetapi dapat melompati kelas tertentu, misalnya anak kelas I Sekolah Dasar langsung naik ke kelas III. Dapat juga program akselerasi hanya diberlakukan untuk mata pelajaran yang luar biasa saja. Misalnya saja anak kelas I Sekolah Dasar yang berbakat istimewa dalam bidang matematika, maka ia diperkenankan menempuh pelajaran matematika di kelas III, tetapi pelajaran lain tetap di kelas I. Demikian juga kalau ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat maju dalam bidang bahasa Inggris, ia boleh mengikuti pelajaran bahasa Inggris di kelas V atau VI.

2)Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah). Jika sekolah keberatan dengan pelayanan anak berbakat menggunakan model akselerasi kelas atau akselerasi mata pelajaran, maka cara lain yang dapat ditempuh adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah/di luar sekolah, yang sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.

3) Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual. Dalam model ini biasanya jumlah anak per kelas harus sangat terbatas sehingga perhatian guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup memadai, misalnya maksimum 20 anak. Masing-masing anak didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Demikian pula guru harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme belajarnya.

4) Membangun kelas khusus untuk anak berbakat. Dalam hal ini anak-anak yang memiliki bakat/ kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak seusianya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Anak berbakat seringkali lebih suka bergaul dengan anak-anak yang lebih tua dari segi usia, khususnya mereka yang memiliki keunggulan dalam bidang yang diminati. Misalnya saja ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat suka bermain catur dengan orang-orang dewasa, karena jika ia bermain dengan teman sebayanya rasanya kurang berimbang. Dalam hal ini para orang tua dan guru harus memakluminya dan membiarkannya sejauh itu tidak merugikan perkembangan yang lain.

Di dalam keluarga pun orang tua hendaknya mencarikan teman yang cocok bagi anak-anak berbakat sehingga ia tidak merasa kesepian dalam hidupnya. Jika ia tidak mendapat teman yang cocok, maka tidak jarang orang tua dan keluarga, menjadi teman pergaulan mereka. Umumnya anak berbakat lebih suka bertanya jawab hal-hal yang mendalam daripada hal-hal yang kecil dan remeh. Kesanggupan orang tua dan keluarga untuk bergaul dengan anak berbakat akan sangat membantu perkembangan dirinya.

Semoga bermanfaat !

Program Pengajaran

Program pengajaran merupakan suatu rencana pengajaran sebagai panduan bagi guru atau pengajar dalam melaksnakan pengajaran. Agar pengajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien, maka perlu kiranya dibuat suatu program pengajaran. Program pengajaran yang dibuat oleh guru tidak selamanya bisa efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik, oleh karena itulah agar program pengajaran yang telah dibuat yang memiliki kelemahan tidak terjadi lagi pada program pengajaran berikutnya, maka perlu diadakan evaluasi program pengajaran.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah: Apakah yang dimaksud dengan evaluasi program? mengapa evaluasi program perlu dilaksanakan? Apakah yang menjadi objek atau sasaran dari evaluasi? dan Bagaimanakah cara melaksanakan evaluasi program?

Menurut Arikunto (2005: 290) "Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat keberhasilan program". Ada beberapa pengertian tentang program itu sendiri, diantaranya program adalah rencana dan kegiatan yang direncanakan dengan seksama. Jadi dengan demikian melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan.

Yang menjadi titik awal dari kegiatan evaluasi program adalah keingintahuan penyusun program untuk melihat apakah tujuan program sudah tercapai atau belum. Jika sudah tercapai bagaimana kualitas pencapaian kegiatan tersebut, jika belum tercapai bagaimanakah dari rencana kegiatan yang telah dibuat yang belum tercapai, apa sebab bagian rencana kegiatan tersebut belum tercapai, adakah factor lain yang mempengaruhi ketidakberhasilan program tersebut.

Untuk menentukan seberapa jauh target program sudah tercapai, yang menjadikan tolak ukur adalah tujuan yang sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan kegiatan sebelumnya.

Sasaran evaluasi adalah untuk mengetahui keberhasilan suatu program. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ansyar (1989: 134) bahwa ".evaluasi mempunyai satu tujuan utama yaitu untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu program" Guru adalah orang yang paling penting statusnya dalam kegiatan belajar mengajar, karena guru memegang tugas yang amat penting, yaitu mengatur dan mengemudikan kegiatan kelas. Untuk membuat proses belajar mengajar lebih efektif maka tugas guru adalah menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif tersebut perlu dirancang program pengajaran. Berhasil tidaknya suatu program pengajaran, tentu tidak bisa diketahui begitu saja, tanpa adanya evaluasi program. Oleh karena itu evaluasi program perlu dilaksanakan oleh guru dalam rangka mengetahui seberapa jauh proram pengajaran telah berlangsung atau terlaksana, dan jika terlaksana seberapa baik pelaksanaan program tersebut. Pendek kata, evaluasi program dilaksanakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari program pengajaran.
Dalam melakukan evaluasi program, apanya dari program yang dievaluasi?

a. Input
Siswa adalah subjek yang menerima pelajaran. Ada siswa pandai, kurang pandai, dan tidak pandai. Setiap siswa mempunyai bakat intelektual, emosional, social yang berbeda. Oleh karena itu dalam pembuatan program pengajaran hendaknya guru juga perlu memperhatikan aspek-aspek individu tersebut. Secara umum, hal-hal yang ada pada siswa berpengaruh terhadap keberhasilan belajar.

b. Materi atau kurikulum
Di Indonesia, kurikulum berlaku secara nasional karena kita menganut system sentralisasi. Meskipun penyusunan dan pengembangan kurikulum sekolah sudah dilakukan secara cermat dan melibatkan banyak pihak, namun tidak mustahil bahwa di lapangan masih juga dijumpai kelemahan dan hambatan. Wilayah Indonesia yang sedemikian luas mengandung keragaman yang tidak sedikit. Itulah sebabnya guru perlu dibekali dengan kemampuan untuk melakukan evaluasi program, termasuk mengevaluasi materi kurikulum. Sasaran yang perlu dievaluasi dari komponen kurikulum ini antara lain, kejelasan pedoman untuk dipahami, kejelasan materi yang terantum dalam GBPP, urutan penyajian materi, kesesuaian antara sumber yang disarankan dengan materi kurikulum dan sebagainya.

c. Guru
Guru merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah orang yang diberi kepercayaan untuk meciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Guru adalah manusia biasa yang mempunyai banyak keterbatasan. oleh karena itu untuk menutupi kelemahan guru perlu dilakukan pembinaan dan penataran dalam rangka melaksanakan pembelajaran

d. Metode atau pendekatan dalam mengajar
Berbeda dengan evaluasi terhadap kurikulum, evaluasi terhadap metode mengajar merupakan
kegiatan guru untuk meninjau kembali tentang metode mengajar, pendekatan, atau strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kurikulum kepada siswa. Metode mengajar adalah cara-cara atau teknik yang digunakan dalam mengajar. Sedangkan strategi pembelajaran menunjuk kepada bagaimana guru mengatur waktu pemenggalan penyajian, pemilihan metoda, pemilihan pendekatan dan sebagainya.

e. Sarana
Komponen lain yang perlu dievaluasi oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar adalah sarana pendidikan, yanga meliputi alat pelajaran dan media pendidikan. Sebelum guru memulai kegiatan mengajar, bahkan sebelum atau sekurang-kurangnya pada waktu menyusun rencana mengajar, guru telah memilih alat yang kira-kira dapat membantu melancarkan dan memperjelas konsep yang diajarkan. Selain guru, mungkin siswa juga dapat dijadikan titik tolak dalam menentukan apakah sarana yang digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar sudah tepat. Mungkin saja pada waktu menentukan alat pelajaran guru berpikir bahwa pilihannya sudah tepat. Tetapi ternyata di dalam praktek pelaksanaan pengajaran, alat tersebut ternyata kurang atau sama sekali tidak tepat. Proses pengajarannya tidak menjadi semakin lancar, tetapi mungkin bahkan kacau balau. Apabila guru menjumpai dalam mengajar atau ketidak berhasilan siswa dengan nilai rendah-rendah, ia dapat mecoba mengadakan evaluasi terhadap sarana yang digunakan. Sasaran evaluasi yang berkenaan antara lain kelengkapannya, ragam jenisnya, modelnya, kemudahannya untuk digunakan, mudah dan sukarnya diperoleh, kecocokan dengan materi yang diajarkan, jumlah persediaan dibandingkan dengan banyaknya siswa yang memerlukan.

f. Lingkungan
Ada dua macam lingkungan, yaitu lingkungan manusia dan lingkungan bukan manusia. Yang dapat digolongkan sebagai lingkungan masukan lingkungan manusia bukan hanya bukan hanya kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai tata usaha di sekolah itu, tetapi siapa saja yang dengan atau tidak sengaja berpengaruh terhadap tingkat hasil belajar siswa. Sedangkan yang dimaksudkan dengan lingkungan bukan manusia adalah segala hal yang berada di lingkungan siswa yang secara langsung maupun tidak, berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Yang termasuk kategori lingkungan bukan manusia misalnya suasana sekolah, halaman sekolah, keadaan gedung dan sarana lain. Pengaruh lingkungan bukan manusia dapat positif maupun negative. Tatanan perabot kelas yang rapi dapat berpengaruh terhadap kesejukan suasana sehingga siswa dapat belajar dengan tenteram. Sebaliknya suasana yang gaduh di luar kelas dapat mengganggu konsentrasi siswa dan menyebabkan siswa tidak dapat seperti yang diharapkan.

Apabila guru ingin melakukan evaluasi program dengan lebih seksama, terlebih dahulu hendaknya menyusun rencana evaluasi sekaligus menyusun instrument pengumpulan data. Instrument pengumpulan data bisa berupa angket, pedoman wawancara, pedoman pengamatan dan lain sebagainya. Sebagai cara yang paling sederhana adalah menagadakan pendekatan terhadap peristiwa yang dialami sehari-hari di kelas.

Untuk mengevaluasi progam seorang guru tidak perlu dibebani secara sistematis sebagaimana layaknya seorang peneliti. Akan tetapi guru cukup membuat acuan singkat dan sederhana yang disusun dalm bentuk pertanyaan. Dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut guru akan memperoleh umpan terhadap apa yang dilakukan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan objek atau sasaran evaluasi program yang meliputi keenam aspek tersebut di atas.

Pengajaran dan pembelajaran adalah merupakan suatu aktivitas yang dilaksanakan oleh seorang guru. Agar program pengajaran yang telah dilaksanakan itu baik atau tidak perlu dilaksanakan suatu penilaian, yang sering dikenal dengan evaluasi program pengajaran. Evaluasi program pengajaran ini meliputi 1) Input (masukan), 2) materi atau kurikulum, 3) Guru, 4) Metode atau pendekatan dalam mengajar, 5) Sarana: alat pelajaran ata media pendidikan, 6) lingkungan.

Daftar Pustaka

Ansyar, Mohammad. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdikbud

Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Apa itu Ibadah?

Alkitab tidak memiliki kata tersendiri untuk ibadah. Tapi kita dapat menemukan banyak kosa kata tentang ibadah dalam Alkitab. Ada beberapa arti ibadah dalam Alkitab di antaranya:
a. Sembah sujud (Kej 18: 2). Kata ini paling utama muncul dalam Alkitab, di mana Abraham sembah sujud kepada 3 orang yang dilihatnya. Diantaranya adalah kata Junani Latreuo atau Latreuein (Rom. 12 : 1 ; Fil. 3 : 3). Kata Latreuo atau Latreuein dapat berarti : dapat bekerja untuk …..; menundukkan diri ; melayani ; mengabdikan seluruh hidup kepada Allah ; pelayanan kepada Allah atau ibadah kepada Allah.

b. Mencium (Yoh 4 : 20 _ 24). Artinya rasa hormat dan taat kepada Tuhan. Ada satu perasaan ingin dekat dan mendengar serta menghormati Firman Tuhan.

c. Liturgi (Mat 4 : 10 dan Ibrani 9 : 9 & 14) mempunyai arti pelayanan dalam ibadah dan satu tata cara ibadah yang tersusun.
Jadi ibadah adalah, menyembah Allah atau mengabdi kepada Allah. Dan dalam rangka mempersembahkan ibadah kepada Allah, para hambaNya harus menundukkan diri untuk mengungkapkan rasa takut penuh hormat, kekaguman dan ketakjuban penuh puja kepada Tuhan (Kej. 24 : 26 …berlutut dan sujud menyembah Tuhan). Hal itu dapat dilakukan secara pribadi, tapi juga melalui ibadah umat (bersama) dengan liturgi atau upacara tertentu. Dari kesimpulan di atas, bagaimanapun kita beribadah, kita harus mempunyai satu liturgi yang tersusun dan mempunyai rasa rindu ingin dekat kepada Tuhan, rasa hormat serta taat pada Firman Tuhan. Setiap jemaat dalam beribadah harus sopan dan hormat kepada Tuhan kita.

Namun demikian ibadah juga harus dipahami bukan hanya terbatas pada ‘upacara agama’ (misalnya di Jemaat), tapi ibadah adalah mencakup persembahan seluruh hidup dan semua aktivitas sehari-hari kepada Allah.
Ibadah dalam PL. Pada awalnya kita menemukan adanya ibadah atau persembahan pribadi kepada Allah (Kej. 4:4 Habil memberikan persembahan kepada Tuhan ; lihat pula, Kel. 24:26). Hal itu menunjukkan bahwa pada dasarnya ibadah adalah merupakan ungkapan bathin seseorang yang mengakui bahwa Allah berdaulat, penuh kuasa dan baik. Atau ibadah adalah menunjukkan ketinggian spritual seseorang yang disertai ungkapan pujian dan syukur kepada Tuhan, karena Ia patut disembah (bd. Ayub 1:20 ; Yos. 5 :14)

Kemudian, pelaksanaan ibadah itu berkembang menjadi ibadah umat. Musa adalah seorang tokoh yang dianggap sebagai peletak dasar dari ibadah umat yang diorganisir, dan yang menjadikan Jahwe sebagai alamat ibadah satu-satunya. Ibadah umat diorganisir di dalam Kemah Pertemuan, dan upacaranya dipandang sebagai “pelayanan suci” dari pihak umat untuk memuji Tuhan.

Pada perkembangan selanjutnya, setelah Kemah Pertemuan, lahirlah Bait Suci dan Sinagoge sebagai tempat ibadah bagi Israel. Perkembangan ini didasari oleh pemahaman bahwa ibadah adalah merupakan faktor penting dalam kehidupan Nasional Jahudi. Bait Suci dihancurkan oleh Babel, dibentuk kebaktian Sinagoge karena pelaksanaan ibadah tetap dirasakan sebagai kebutuhan penting.

Disamping tempat ibadah, orang Jahudi juga memiliki kalender tahunan untuk upacara agamawi. Diantaranya yang amat penting adalah : Hari Raya Paskah (Kel. 12:23-27), Hari Raya Perdamaian (Im. 16 : 29 – 34), Hari Raya Pentakosta (bd. Kis.2), Hari Raya Pondok Daun, dan Hari Raya Roti Tidak Beragi (Kel.12:14-20).

Pemimpin ibadah di Bait Suci dan Sinagoge adalah para Imam. Mereka adalah keturunan Lewi yang telah dikhususkan untuk tugas pelayanan ibadah. Para imam memimpin ibadah umat pada setiap hari Sabat dan pada Hari Raya agama lainnya. Ibadah di Sinagoge terdiri dari : Shema, doa, pembacaan Kitab Suci dan penjelasannya.

Ibadah juga berkaitan dengan kewajiban-kewajiban agama, yakni perintah-perintah Tuhan (pbd. Ul.11:8-11). Jadi, pada hakekatnya ibadah bukanlah hanya merupakan pelaksanaan upacara keagamaan di tempat-tempat ibadah, akan tetapi adalah mencakup pelaksanaan kewajiban agama, seperti : sunat, puasa, pemeliharaan Sabat, torat dan doa. Dengan demikian, ibadah juga harus mengandung makna bagi hidup susila.
Ibadah dalam PB.

Mari kita melihat Yohanes 4:23-24, disana dijelaskan dengan gambling bahwa akan dating dan telah tiba waktunya bahwa Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.
Inilah peribadatan yang di kehendaki Allah yaitu orang yang menyembah harus dalam Roh, maksudnya bersungguh-sungguh, tidak ada kepura-puraan atau kemunafikan, dalam kebenaran, Yohanes 17:17. Kebenaran adalah Firman Allah, maka peribadatan yang berkenan kepada Allah yaitu bersungguh-sungguh dengan hati yang tulus ingin berbakti serta disertai kebenaran FirmanNya bagaimana berbakti yang benar, maka peribadatan itu akan diterima oleh Allah.

Pertama :
Di dalam berbakti yang benar, objek yang harus kita tuju adalah Allah, sebab hanya Allah saja yang patut untuk di sembah. Ia mendengar segala permohonan kita dan Allah juga bersedia untuk menjawab segala permohonan kita.

Kedua :
Di dalam motif yang benar yaitu di dalam Roh. Dalam berbakti bukan saja kita membawa tubuh kita untuk hadir dalam berbakti tetapi yang lebih utama ialah bagaimana roh kita (kesungguhan hati) di dalam kebaktian. Banyak orang yang hadir dalam berbakti, duduk bernyanyi, mendengarkan Firman tetapi hati dan pikirannya tidak tertuju pada saat berbakti melainkan pikirannya berada di tempat lain. Inilah yang disebut berbakti tidak di dalam Roh dan banyak orang Kristen yang melakukan kebaktian seperti ini.

Ketiga :
Di dalam cara yang benar yaitu di dalam kebenaran. Apakah kebenaran? Firman Allah adalah kebenaran, Yohanes 17:17. Maka jikalau kita ingin berbakti dengan cara yang benar sesuai dengan keinginan Allah, tentu saja tidak ada cara lain, selain menurut petunjuk Firman Allah karena di dalamnya memberi petunjuk cara-cara berbakti sesuai dengan keinginan Allah

Sebab itu adala beberapa hal yang tidak perlu dilakukan dalam ibadah yaitu :
1. Menyembah Allah yang palsu
Perhatikan dua ayat ini (a) Keluaran 34:14 dan (b) Yesaya 48:11, namun yang terjadi saat ini justru dunia menyembah allah-allah yang palsu (Roma 1:21). Inilah yang membuat Allah murka terhadap manusia (bd. Ayub 31:24-28; I Korintus 10:20; Kisah Para Rasul 17:29).

2. Menyembah kepada Allah yang benar dengan cara yang salah
Keluaran 32:7-8 adalah gambaran yang tepat mengenai hal menyembah kepada Allah yang benar dengan cara yang salah, mereka berusaha untuk menyembah Allah yang benar, tapi telah merubah Allah itu menjadi sesuatu yang dibuat yaitu patung.

3. Menyembah Allah dengan cara sendiri
Adat istiadat adalah merupakan bentuk menyembah Allah dengan cara sendiri (Matius 15:3). Mereka membuat ibadah dengan cara mereka sendiri, sehingga semua itu menjadi suatu kejijikan di mata Tuhan.

4. Menyembah Allah yang benar, dengan cara yang benar dan sikap yang salah.
Sikap hati yang tidak baik adalah merupakan cara ibadah yang paling tidak berkenan dihadapan Tuhan. Lihat saja Maleakhi 1:7,8,10; Amos 5:21-24; Hosea 6:4-6; Yesaya 1:11-15. Semua ayat-ayat ini adalah merupakan cercaan Tuhan bagi siapa saja yang beribadah dengan sikap hati yang salah. Memang ada berbagai macam bentuk pengungkapan seperti pembuatan patung, korban-korban yang salah, menciptakan ibadah sendiri (adat), pikiran yang terpusat diluar ibadah itu sendiri, akan membuat hati Tuhan marah. Untuk itu jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.

Tuesday, September 23, 2008

Presentation? How to realy good presentation?

HOW TO BE CONFIDENT AND RELAXED
WHEN SPEAKING BEFORE A GROUP OF PEOPLE

This article is taken from htpp://confidencetips.blogspot.com, written by Gabriel Daniels. He talked about the powerful tips to help you become a highly effective speaker or presenter. There are the summarized :

1. Prepare thoroughly
Knowing the purpose of your speech will help focus and organize your thoughts, thus allowing you to be relaxed when it comes time to make your presentation. (Visualization exercise are much more effective and powerful when done in what is called “associated” mode).
The more prepared you are overall, the more relaxed you will be before and during your presentation.

2. Wear something appropriate and comfortable for the occasion
When you look good, it will be effect to your presentation.

3. Be convinced that what you have to stay matters
Be convinced of the importance of your message. Doing this will put you at ease and will make you appear more confident. Do your best to speak only to the topics you truly believe in or are passionate about. This will make you much more credible to your audience.

4. Put your self in a “confident” state
One of the best ways that I’ve found is to “act as if “ you were already confident.

5. Keep your attention/focus away from your self …. At all cost
Focus instead on the message you want to bring across to your audience. Come up with an effective way to stop the negative voice in its tracks. The key to interrupt the pattern as soon as you catch it.

6. Breathe naturally and in a relaxed manner
Breathe naturally make you comfortable to start your presentation, but if heart beating is not normal or to fast, take the long breath repeat until you feel comfortable. After that be relax.

7. Speak as if your speaking to a close friend or loved one (in a conversational manner)
Eye contact with the audience is very important thing in the conversational manner as a presenter. And not only will you appear very confident and relaxed, your audience will automatically feel comfortable and relaxed.

8. Always remind your self that’s is okay to make mistakes
Give yourself permission to make mistake. It’s make comfortable for your soul, that’s human being. Don’t blame yourself tightly, it’s become bad person. But, my suggest is don’t make mistake intentionally. Learn form mistake and move on.

9. Express your self fully and freely… with whole your being
Let your conviction, enthusiasm, and passion show. When you are speaking from your very core, just allowing your natural feelings to flow outwards and you tend to forget about fear or nervous.

10. Be completely in the present moment – in the here and now
Keep your thoughts away from the past or future. Immerse your speech completely in what you are doing (focus to speech). This will help you speak greatly in performing at your peak.

11. Avoid the need to gain approval
It’s talking about mental attitude or mindset while you are speaking. Don’t be a negative avoid. Basically, you ought to be like a good teacher who tells his/her students what they need to hear, and not what they want to hear…and you would do it with the understanding that they’re free to walk away or reject your argument if that is what they choose to do.

12. Trust in the power of your mind (More specifically, your subconscious mind). Trust that it will deliver the right words at the right time
If you know your topic really well, your subconscious mind will produce the right words at the right time. if you will only allow it…if you will only trust it. But you must be in the right state for this to work effectively.
You must trust in your mind’s ability to deliver. The more you do this, the more your mind will automatically deliver when you need it to. For some reason, the subconscious mind likes to be trusted. The more you trust it, the more it wants to be worthy of that trust. In other words, it will find ways to justify that you are right in trusting it. And if you don’t trust it, it will also find ways to justify that you are right in not trusting it.
Remember this: The more you trust your mind, the more it will deliver. And the more your mind delivers, the more confident you will become in speaking situations.

13. Decide in advance to tell the truth no matter what
You already know that when you are telling the truth, you are much more relaxed or at ease. And when that happens, it will be all over. Once your redibility goes, everything else goes.

14. Trust that you can handle whatever comes your way
First principle, They’ll say or do the wrong things at times and they’ll just simply laugh it off or make a joke out of it. And then they’ll proceed as if nothing happened. They are able to consistently do this because they have simply learned to trust in their ability to handle whatever comes their way.
Second principle, you will have the strength and courage to tackle anything in life.

15. Apply the “I don’t care “ or “ It doesn’t matter” attitude
Does this mean that you don’t actually care about the outcome? Of course not. Otherwise, you wouldn’t be wasting your time taking the steps leading to that desired outcome in the first place.
Again, your main goal in all of this is to access an empowering state so you can be highly effective in the present moment. And this mental attitude or mindset will help you access that type of state.

16. Speaks as often as possible
Consciously seek ways to speak in front of others. Take advantage of every opportunity to express your thoughts to others - while applying the principles you’ve learned—and your confidence level will skyrocket. In fact, as time goes by, speaking in front of others will feel more and more comfortable and natural to you.
With constant practice, you gain more mastery. And as you gain more mastery, your confidence grows.